Sejarah Gerakan Zionisme: Dari Zaman Renaisans sampai Era Perang Dunia I dan II Berdasarkan buku Palestina: Tanah Risalah karya Dr. Roger GaraudY
Kalau kamu mengira gerakan zionisme baru muncul di tahun 1895 saat Theodor Herzl menerbitkan buku berjudul The Jewish State, maka itu kurang tepat. Gerakan zionisme sebenarnya sudah tercetus sejak zaman Renaisans Eropa. Pada abad ke-16, ketika banyak bermunculan pemikiran baru di Eropa, sikap orang Eropa terhadap umat Yahudi mulai berubah.
Dulu, selama berabad-abad, orang Yahudi hidup dalam tekanan dan penganiayaan. Gereja Kristen memandang penolakan mereka terhadap Yesus sebagai dosa besar yang membuat mereka “terkutuk”. Akibatnya, kebencian terhadap orang Yahudi menyebar luas, bahkan menjadi bagian dari sistem sosial dan politik.
Puncak kekerasan itu terjadi saat Perang Salib. Pasukan Kristen membantai komunitas Yahudi, terutama setelah penaklukan Yerusalem oleh Godfrey de Bouillon. Raja Inggris Edward I mengusir mereka pada tahun 1290, diikuti oleh Raja Philippe de Bel di Prancis tahun 1306. Di Spanyol, pembantaian dan pengusiran Yahudi berlangsung bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Islam terakhir di Granada tahun 1492.
Gelombang anti-Semitisme ini tidak hanya terjadi di negara-negara Katolik. Di wilayah Ukraina tahun 1648, pasukan Cossack di bawah pimpinan Bohdan Khmelnytsky membantai ratusan ribu Yahudi. Bahkan Martin Luther — tokoh reformasi Protestan — dalam bukunya tahun 1544 menulis penuh kebencian dan menyerukan pengusiran mereka. Katanya, "Kami akan menyediakan segala yang mereka butuhkan untuk kembali ke Yudea, hanya agar kami bisa menyingkirkan mereka!"
![]() |
Martin Luther. Sumber: Wikipedia |
Nasionalisme Yahudi Sebelum Herzl
Sebelum Herzl populer, benih zionisme sudah tumbuh sejak abad ke-16. Rabbi Levi dari Italia menyatakan bahwa tugas orang Yahudi adalah kembali menjadi "bangsa" dengan "tanah air" sendiri.
Gerakan ini juga muncul dalam bentuk mesianistik. Sabbatai Zevi, seorang Yahudi Turki, pada tahun 1666 menyatakan dirinya sebagai mesias dan mengajak hijrah ke Palestina. Namun, di tengah jalan, ia malah masuk Islam. Tokoh lain, Jacob Frank, menyebarkan ajaran mesias palsu di Eropa Timur.
Di saat yang sama, muncul pula gerakan mistik Yahudi seperti Hasidisme, yang didirikan oleh Israel Ben Eliezer. Hasidisme tak hanya mendorong spiritualitas, tetapi juga menyemai benih nasionalisme Yahudi.
![]() |
Sabbatai Zevi. Sumber: Wikipedia |
Zionisme Menjadi Gerakan Politik
Gerakan zionisme politik mencapai momentumnya lewat tokoh Theodor Herzl. Dalam bukunya The Jewish State (1895), Herzl menulis tentang perlunya mendirikan negara Yahudi — bukan lewat agama, tapi lewat pendekatan politik dan bisnis. Ia bahkan mengusulkan pembentukan “Jewish Company” mirip seperti East India Company, sebagai alat kolonial.
Herzl aktif melobi tokoh-tokoh besar. Ia menghadap Kaisar Jerman, Sultan Ottoman, hingga menulis kepada tokoh kolonial Inggris seperti Cecil Rhodes. Dalam suratnya, Herzl menyatakan secara terang-terangan, “Program saya adalah program invasi.”
![]() |
Theodr Herzl. Sumber: Wikipedia |
Setelah ditolak oleh Sultan Abdul Hamid, Herzl beralih ke Inggris. Di sana, ia berhasil membentuk Jewish Colonial Trust dan menjalin kerjasama dengan bank-bank besar Eropa seperti Credit Lyonnais dan Lloyds Bank.
Zionisme pun menjadi proyek geopolitik. Inggris dan negara-negara Eropa lainnya mendukungnya — bukan karena simpati kepada Yahudi, tapi karena dua hal: ingin mengusir Yahudi dari Eropa, dan menjadikan mereka alat kolonialisme di Timur Tengah.
Deklarasi Balfour dan Peran Perang Dunia
Perang Dunia I menjadi momentum emas bagi gerakan zionisme. Inggris, yang saat itu mencari dukungan Yahudi internasional, mengeluarkan Deklarasi Balfour (1917) — sebuah janji untuk mendukung pendirian “tanah air bagi bangsa Yahudi” di Palestina.
Padahal, saat itu 92% penduduk Palestina bukan Yahudi. Selain itu, Inggris tidak punya hak apapun atas tanah itu.
Deklarasi ini merupakan bagian dari pengkhianatan terhadap bangsa Arab, yang sebelumnya telah dijanjikan kemerdekaan jika membantu melawan Ottoman. Sayangnya, janji tinggal janji, dan Palestina justru diserahkan kepada gerakan zionis.
Pada 1901, Zionis juga membentuk Jewish National Fund, badan resmi yang membeli tanah-tanah Palestina secara sistematis. Inggris mendukungnya penuh.
Imigrasi Massal dan Terorisme Zionis
Setelah Perang Dunia I, Inggris menguasai Palestina lewat mandat Liga Bangsa-Bangsa. Imigrasi Yahudi meningkat tajam. Tahun 1918, hanya ada 56.000 Yahudi dari total 700.000 penduduk Palestina. Namun, pada 1936, jumlahnya melonjak drastis. Zionis bahkan mencoba membeli lahan di dekat Masjid Al-Aqsa — memicu perlawanan rakyat Palestina.
Rakyat Palestina melakukan pemberontakan besar antara 1936–1939. Inggris merespons dengan kekerasan dan penindasan. Saat Perang Dunia II usai dan Inggris mulai lelah, Zionis beralih ke Amerika Serikat untuk mencari dukungan.
![]() |
Pasukan Irgun. Sumber: Wikipedia |
Organisasi zionis seperti Haganah, Irgun, dan Stern Gang melakukan aksi-aksi teror: bom di Hotel King David, pembunuhan diplomat Inggris, dan pembantaian warga sipil. Salah satu pemimpinnya, Menachem Begin, berkata, “Kami berperang, dan karena itu kami ada.”
Kolaborasi Gelap: Zionisme dan Anti-Semitisme
Ironisnya, gerakan zionisme justru sering bekerjasama dengan kekuatan anti-Semit. Contohnya:
-
Diam saat terjadi pembantaian Yahudi di Kishinev, Rusia (1903), demi mendapat izin imigrasi ke Palestina.
-
Mendukung kerja sama ekonomi dengan Nazi untuk menghancurkan boikot internasional terhadap Jerman.
-
Rudolf Kastner, tokoh Zionis, menyepakati pengiriman 476.000 Yahudi ke Auschwitz agar 1.684 simpatisan zionis bisa selamat.
-
Menolak penyelamatan Yahudi ke Swedia, karena lebih mementingkan pemindahan mereka ke Palestina.
Semua ini menunjukkan bahwa berdirinya Israel bukan hanya hasil perjuangan kaum tertindas, tetapi buah dari kompromi kelam antara kolonialisme, rasisme, dan proyek geopolitik global.
Tentang Buku
Kalau kamu ingin memahami konflik Palestina dari akar sejarahnya, buku Palestina: Tanah Risalah karya Dr. Roger Garaudy adalah bacaan yang mencerahkan sekaligus mengguncang. Ia membongkar kepalsuan narasi zionisme — dengan data sejarah, kritik tajam, dan keberanian intelektual yang jarang ditemui di dunia akademik Barat.
Judul: Palestina Tanah Risalah: Membongkar Mitos-Mitos Zionis
Penulis: Dr. Roger Garaudy
Penerbit: Alvabet
Cetakan: I, Oktober 2024
Ukuran: 15 x 23 cm
Tebal: 400 halaman
Komentar
Posting Komentar